Pada suatu hari hiduplah sekelompok masyarakat di desa Tlaga Sakti.
Pada musim hujan semua masyarakat hendak menanam jagung. Sebelum menanam jagung masyarakat di desa tlaga sakti membuat alat pelubang tanah dari kayu yang disebut sebagai penyujuk. Mereka bermaksud menggunakan akar kayu sebagai alas untuk meruncingkan penyujuk/alat pelubang tanah tersebut. Pada saat meruncingkan alat tersebut, tiba-tiba akar sebagai alas tersebut berdarah. Lalu masyarakat di desa Tlaga Sakti heran mengapa ada darah. Setelah mereka mengamati secara seksama, ternyata yang berdarah itu bukan akar,tetapi itu sesungguhnya ular besar dijadikan alas untuk meruncingkan alat pelubang tanah. Selanjutnya masyarakat di sana terus membunuh ular tersebut untuk dicari dagingnya. Setelah selesai memotong daging ular tersebut, beberapa dari masyarakat tersebut ditugaskan untuk memberikan daging ular tersebut kepada temannya yang ada di luar desa Tlaga Sakti itu. Lalu tiba-tiba datanglah seseorang dengan perawakan kerdil/ pendek dengan berbusana kuning tanpa mengenakan pakaian atas. Kemudian orang kerdil ajaib itu menanyakan apakah ada masyarakat di sini menemukan sapi saya?, tanya orang kerdil ajaib itu, yang dimaksud ‘sapi’ itu adalah ular yang telah dibunuh. Masyarakat Tlaga Sakti tersebut menjawab tidak menemukan sapi, tetapi menyatakan menemukan ular. Orang kerdil ajaib itu menduga bahwa masyarakat Tlaga Sakti tersebut telah mengambil sapinya. Lalu orang kerdil nan ajaib itu ingin membuktikan apakah benar masyarakat di sini tidak menemukan sapinya, yaitu dengan cara menancapkan sebatang lidi daun kelapa ke tanah. Selanjutnya orang kerdil itu menyuruh masyarakat Tlaga Sakti itu beramai-ramai mencabut lidi yang telah ditancapkannya itu. Jika mereka mampu mencabut lidi itu, berarti mereka benar mereka tidak menemukan sapinya. Jika tidak mampu mencabutnya berarti mereka telah
menemukannya.
Apa yang terjadi setelah mereka mencoba mencabut lidi tersebut? Wah, ternyata mereka tidak bisa mencabutnya. Lalu segera orang kerdil nan ajaib itu mencabut dengan gampangnya lidi yang telah ditancapkannya tersebut. Kemudian setelah dicabut, tempat tersebut menyemburkan air yang besar sekali, sampai menyebabkan hancur dan tenggelamnya desa Tlaga Sakti tersebut. Semua masyarakat Tlaga Sakti meninggal tersapu ombak dan rumah mereka juga tenggelam. Kecuali mereka yang ditugaskan keluar memberi teman mereka daging ular yang masih hidup.
Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024 di Kecamatan Nusa Penida
Pemerintah Kecamatan Nusa Penida menyelenggarakan kegiatan dalam rangka Bulan Bahasa Bali (BBB) VI tahun 2024 pada hari Rabu, 21 Pebruari 2024 bertempat di Balai Desa Batununggul. Kegiatan dibuka oleh bapak Sekcam Nusa Penida Drs. I Nyoman Suarta, M.Si, dihadiri oleh …
Read MorePelaksanaan Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024 di Kecamatan Nusa Penida